Dalam menyambut
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 mendatang, pemerintah Indonesia perlu
memperkuat dan meningkatkan pertumbuhan diseluruh sektor, seperti pendidikan,
perdagangan, pembangunan, dan lain-lain.
Menurut Sondang
Anggraini selaku Kementrian Perdagangan (Kemendag), terbukanya pasar bebas
ASEAN memberikan manfaat bagi Indonesia sendiri. Manfaat MEA antara lain meningkatnya investasi dan lapangan kerja, meningkatkan
kinerja ekonomi, sekaligus membuka kesempatan ekspor tradisional atau baru. (http://m.liputan6.com/bisnis/read/784648/hal-yang-perlu-dipersiapkan-pemerintah-sambut-mea-di-2015?wp.bsns)
Pada masa perdagangan
bebas ini, masyarakat Indonesia harus memiliki kesiapan dalam keahlian agar
mereka dapat menopang ekonomi secara mandiri dan memiliki daya kompetitif satu
sama lain. Dalam struktur masyarakat, terdapat golongan yang diharapkan lebih
produktif dan inovatif dibanding golongan lainnya, yaitu golongan pemuda. Pemuda
merupakan individu yang memiliki jiwa optimis dan berfikir maju. Pemuda dapat
dididik dan dibimbing menjadi pribadi yang memiliki kepercayaan diri dalam
memajukan bangsanya melalui penanaman jiwa kewirausahaan.
Mendidik jiwa wirausaha
bukanlah semata-mata mendidik pemuda yang terpaku pada keuntungan, namun pemuda
akan dapat hidup mandiri dan kompetitif jika pemuda diarahkan agar memiliki
daya kreativitas, inovasi yang tinggi, selalu optimis dan bersemangat. Sehingga
pemuda dapat memiliki produktivitas yang akan berdampak pada kemandirian
ekonomi.
Langkah awal penanaman
jiwa kewirausahaan dapat dimulai dari sekolah. Pemerintah perlu mengembangkan
kurikulum pendidikan yang sejalan dengan dasar-dasar perdagangan bebas. Jiwa wirausaha
dapat ditanamkan melalui mata pelajaran kewirausahaan pada jenjang sekolah
menengah pertama (SMP). Namun, harus diingat bahwa dalam proses pendidikan, siswa diarahkan kepada praktik
lapangan kewirausahaan, bukan hanya penguasaan materi.
Praktik
lapangan dapat diwujudkan secara sederhana melalui pengadaan fasilitas yang
sesuai dengan kondisi sekolah. Misalnya, lahan bertani atau berkebun, kolam
ikan, peternakan kecil, mesin pengolah pupuk, mesin jahit, maupun koperasi. Setiap
sekolah dapat diwajibkan memiliki usaha mandiri yang dikelola siswa, usaha itu
dapat dikelola oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) atau ekstrakulikuler
kewirausahaan.
Program
kewirausahaan harus dikemas menarik di sekolah. Sekolah dapat menjalankan
sistem investasi pada kantin. Misalnya terbukanya peluang bagi kelompok siswa
untuk menginvestasikan makanan atau barang di kantin, contohnya saja
menginvestasikan 5 pak pensil. Hasil penjualan akan diberikan setelah terjual. Dengan
begitu siswa akan bersaing menitipkan makanan atau produk yang baik dan
diminati teman-temannya. Sejalan dengan praktik lapangan tersebut, pihak
sekolah harus memberikan reward kepada murid untuk menghargai semangat yang
tumbuh dalam berwirausaha.
Dengan begitu, secara bertahap penanaman jiwa
kewirausaan akan mengalir pada darah pemuda. Pemuda akan lebih percaya diri
menjadi wirausaha yang kreatif dan inovatif. Saat dewasa mereka pun akan lebih
siap bersaing untuk mencapai kemandirian ekonomi. Jika kita telah memiliki
sumber daya manusia yang kuat, maka daya saing negara akan meningkat dan siap
menghadapi persaingan perdagangan bebas.
Nurul Hidayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar