.quickedit{ display:none; }

Jumat, 13 Juni 2014

Mendidik Jiwa Pemuda untuk Menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015





Dalam menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 mendatang, pemerintah Indonesia perlu memperkuat dan meningkatkan pertumbuhan diseluruh sektor, seperti pendidikan, perdagangan, pembangunan, dan lain-lain.
Menurut Sondang Anggraini selaku Kementrian Perdagangan (Kemendag), terbukanya pasar bebas ASEAN memberikan manfaat bagi Indonesia sendiri. Manfaat MEA antara lain meningkatnya  investasi dan lapangan kerja, meningkatkan kinerja ekonomi, sekaligus membuka kesempatan ekspor tradisional atau baru. (http://m.liputan6.com/bisnis/read/784648/hal-yang-perlu-dipersiapkan-pemerintah-sambut-mea-di-2015?wp.bsns)
Pada masa perdagangan bebas ini, masyarakat Indonesia harus memiliki kesiapan dalam keahlian agar mereka dapat menopang ekonomi secara mandiri dan memiliki daya kompetitif satu sama lain. Dalam struktur masyarakat, terdapat golongan yang diharapkan lebih produktif dan inovatif dibanding golongan lainnya, yaitu golongan pemuda. Pemuda merupakan individu yang memiliki jiwa optimis dan berfikir maju. Pemuda dapat dididik dan dibimbing menjadi pribadi yang memiliki kepercayaan diri dalam memajukan bangsanya melalui penanaman jiwa kewirausahaan.
Mendidik jiwa wirausaha bukanlah semata-mata mendidik pemuda yang terpaku pada keuntungan, namun pemuda akan dapat hidup mandiri dan kompetitif jika pemuda diarahkan agar memiliki daya kreativitas, inovasi yang tinggi, selalu optimis dan bersemangat. Sehingga pemuda dapat memiliki produktivitas yang akan berdampak pada kemandirian ekonomi.
Langkah awal penanaman jiwa kewirausahaan dapat dimulai dari sekolah. Pemerintah perlu mengembangkan kurikulum pendidikan yang sejalan dengan dasar-dasar perdagangan bebas. Jiwa wirausaha dapat ditanamkan melalui mata pelajaran kewirausahaan pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP). Namun, harus diingat bahwa dalam proses  pendidikan, siswa diarahkan kepada praktik lapangan kewirausahaan, bukan hanya penguasaan materi.
            Praktik lapangan dapat diwujudkan secara sederhana melalui pengadaan fasilitas yang sesuai dengan kondisi sekolah. Misalnya, lahan bertani atau berkebun, kolam ikan, peternakan kecil, mesin pengolah pupuk, mesin jahit, maupun koperasi. Setiap sekolah dapat diwajibkan memiliki usaha mandiri yang dikelola siswa, usaha itu dapat dikelola oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) atau ekstrakulikuler kewirausahaan.
            Program kewirausahaan harus dikemas menarik di sekolah. Sekolah dapat menjalankan sistem investasi pada kantin. Misalnya terbukanya peluang bagi kelompok siswa untuk menginvestasikan makanan atau barang di kantin, contohnya saja menginvestasikan 5 pak pensil. Hasil penjualan akan diberikan setelah terjual. Dengan begitu siswa akan bersaing menitipkan makanan atau produk yang baik dan diminati teman-temannya. Sejalan dengan praktik lapangan tersebut, pihak sekolah harus memberikan reward kepada murid untuk menghargai semangat yang tumbuh dalam berwirausaha.
Dengan begitu, secara bertahap penanaman jiwa kewirausaan akan mengalir pada darah pemuda. Pemuda akan lebih percaya diri menjadi wirausaha yang kreatif dan inovatif. Saat dewasa mereka pun akan lebih siap bersaing untuk mencapai kemandirian ekonomi. Jika kita telah memiliki sumber daya manusia yang kuat, maka daya saing negara akan meningkat dan siap menghadapi persaingan perdagangan bebas.  

Nurul Hidayah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar